UNTUK GIE
Gie, Negara ini sudah banyak sekali berubah sejak kamu pergi.
Tetapi ada beberapa hal yang tetap masih sama.
Ejaan sudah disempurnakan. Hampir semua orang Cina memakai nama internasional.
Jarang sekali ada orang Cina peranakan yang masih memakai nama dengan tiga
kata seperti namamu. Semua sudah terasimilasi. Entah itu hal baik atau buruk.
Gie, saya adalah anak yang tumbuh di orde baru.
Orde yang menggantikan orde lama yang kamu dan teman-temanmu jatuhkan.
Dan Gie, kekecewaan kamu tentang orde yang baru itu, terbukti.
Mereka tidak jauh lebih baik dari orde lama.
Orang-orang orde baru, tetap adalah orang-orang yang perlu ditembak mati di lapangan banteng.
Mereka tetap menjajah. Jauh lebih menjajah Gie. Menyebarkan banyak kebohongan.
Dan yang paling jahat, mereka membodoh-bodohi rakyat. Mereka melumpuhkan otak dan hati rakyat akan kebenaran.
Mereka punya tedeng aling : wajib belajar 9 tahun, SD inpres, atau sekolah
terbuka. Semua kelihatannya mulia ya Gie, tapi bohong. 33 tahun orde baru yang menggantikan orde lama memerintah Gie, selama itu pula
rakyat Indonesia dibutakan, dibodoh-bodohi, dicurangi, dijajah.
"Penentang" penguasa adalah orang jahat yang harus dimusnahkan.
Banyak sekali adu domba yang diciptakan Gie.
Stigma untuk orang-orang PKI/Gerwani dan ormasnya, masih mengeluarkan darah Gie, sampai hari ini.
agama, suku dan ras tertentu saling jadi benci, saling curiga dan berprasangka.
Orde baru, sangat menakutkan Gie, seperti setan bercambuk yang tidak kelihatan, tapi diam-diam melecuti
Sama sekali jauh dari mimpi kemerdekaan.
Negara memang aman terkendali, tapi dikendalikan oleh kekuasaan yang serakah dan mau terus berkuasa.
Tetapi Gie, manusia seperti kamu tidak hanya kamu, setidaknya Negara ini masih memiliki rakyat yang sadar akan kenegaraannya.
dan di tahun 1998, terjadilah gerakan demonstrasi, persis yang terjadi dijamanmu.
Orde baru dijatuhkan, kali ini…lengkap dengan korban. Banyak mahasiswa
yang ditembak, hanya 4 yang menjadi pahlawan dan dikenang sebagai
pahlawan reformasi, tetapi sesungguhnya masih banyak pahlawan reformasi
lainnya yang tak terhitung Gie.
Saya ingat, ada seorang mahasiswa UI, yang juga "tak sengaja" tertembak mati.
Yang terjadi berikutnya Gie, lagi-lagi hal yang sama. Mahasiswa merasa
menyesal menjatuhkan orde baru, karena penjatuhan itu menjadi sebuah
jalan keluar untuk melarikan diri dari perbuatan selama 32tahun.
Dan yang mengerikan terjadi, persis seperti dulu waktu PKI jatuh.
Banjir darah.
Tragedi Mei 1998. ratusan rakyat Indonesia mati. Terbakar, terkurung didalam mal-mal dan pertokoan yang terjarah.
Saya jadi berpikir, apa yang ada dibenak penguasa yang berkuasa di negeri
ini. Apakah mereka merasa kekuatan dan kekuasaan harus berdiri diatas
darah rakyat?
Saya ingat kata-kata Naomi Scheman
bahwa tubuh begitu esensial bagi perempuan, maka rusaklah, hina dan
hancurkan tubuh perempuan untuk membuat seluruh kelompok tidak berdaya.
Dan pola itu pula yang dipakai sejak zaman dahulu dalam upaya penaklukan wilayah dan perebutan kekuasaan.
Lagi-lagi
ternyata Gie, masih seperti yang kamu katakan dulu, pemerintahan kita
tidak berkembang. Masih seperti zaman raja-raja dulu.
Yang terburuk lagi, tragedi ini disangkal Gie, dilupakan dan didiamkan.
Ratusan orang sepertimu muncul. Bahu membahu melakukan apapun untuk kebenaran.
Tapi, Gie, masih seperti dulu, seperti yang kamu rasakan, semakin banyak
ketidakadilan yang kamu beberkan dan kamu tuntut, semakin banyak pula
ancaman datang padamu.
Dan persis seperti kata temanmu di Amerika
dulu : bersedialah menerima nasib sendirian, kesepian dan penderitaan
kalau mau bertahan sebagai seorang intelektual yang merdeka.
Entah berapa banyak surat ancaman yang diterima mereka.
Ada satu kisah tentang seorang gadis yang menjadi relawan untuk menemani
korban perkosaan mei98. Dia berani sekali, umurnya baru 18 tahun. Ia
bersaksi didepan orang banyak dari PBB, bahwa dia yakin banyak korban
perkosaan pada tragedi mei98. satu hari sebelum keberangkatannya ke
Amerika untuk bersaksi, dia diculik, diperkosa dan dibunuh.
Keluarganya diancam. Diteror.
Kekuasaan menancapkan cakarnya terlalu tajam Gie.
Sementara itu, rakyat yang miskin semakin miskin. Dan mereka yang berkuasa dan
berada aman dalam perlindungan kekuasaan itu, semakin kaya.
Jurang pemisah antara miskin dan kaya makin besar.
Jakarta sekarang Gie, benar-benar seperti sebuah Bandar Internasional yang bergensi.
Mal dan plaza-plaza semakin banyak. Perkantoran dan gedung pencakar langit membludak.
Kalau kamu lihat jalan Sudirman dan Thamrin, hampir mirip dengan New York.
Bunderan
HI, makin bergengsi, dihiasi air mancur yang bau penderitaan. 14 milyar
untuk membangunkan air emas itu. 80.000watt listrik disedot olehnya.
Jalan-jalan tol dan jalan-jalan layang atau bawah jalan dibuat. Mobil semakin banyak karena itu jalan juga harus semakin banyak.
Sementara itu juga, daerah kumuh semakin menjamur.
Dibalik Thamrin yang indah, tersingkaplah daerah Kebon Sirih yang sarat dengan
rumah ukuran 2×2meter. Kumuh dan manjadi sarang narkoba.
Dibalik dana 14 milyar untuk air mancur, bersembunyi anak-anak jalanan yang
masih berkeliaran disaat anak-anak lain sebaya mereka tidur dalam
dekapan hangat selimut yang melindungi mereka dari AC kamar yang sepoi
membelai.
80.000watt listrik disedot, sementara dengung hemat
listrik terus berbunyi. Suatu ketika, listrik di kota ini padam
bergantian Gie, tiba-tiba dengan alasan hemat listrik.
Di tengah gemerlap kota Jakarta dan keindahan kafe-kafe di Kemang, dan
rumah-rumah berarsitektur seni tinggi di daerah elite, ditemukan orang
yang harus menggendong mayat anaknya dengan kain gendong, membawanya ke
bogor dari Jakarta dengan kereta, demi bisa memakamkan anak malang itu
ditanah gratisan dari temannya.
Di tengah merk-merk internasional
yang bersliweran di Jakarta, ditemukan sebuah keluarga 1 nenek, 1
kakek, dengan 2 cucu perempuan yang putus sekolah diusia belasan tahun,
dan 1 orang anak cacat mental, terpuruk dipinggir daerah kali jodoh,
terengah-engah melawan arus hidup dengan penghasilan 2500 rupiah
perhari.
Penjajahan atau kemerdekaan yang kita miliki sekarang ini Gie?
Rakyat miskin masih tetap lapar Gie, dan mereka masih tetap menjadi orang-orang malang Gie.
Saya jatuh cinta dan berharap dapat memiliki sedikit saja semangatmu untuk selalu beserta orang-orang malang itu Gie.
Gie, seandainya kamu masih ada sekarang, dimanakah dirimu? Apakah yang kamu lakukan untuk semua ini?
Doakan mereka yang mau beserta mereka yang malang Gie.
Dan tahukah kamu Gie, bahwa sekarang ini dirimu sedang naik daun?
Hidupmu difilmkan. Walaupun waktu2,5jam atau bahkan 4jam tidak cukup untuk
membicarakan idealisme dirimu, tetapi setidaknya saya harap niat suci
mira lesmana dan riri riza tersampaikan kepada generasi muda sekarang Gie.
Tidak hanya sebatas promosi komersial belaka.
Dan kuharap kaum muda benar-benar memahami pandanganmu, memakainya dalam hidup mereka.
Dan bukan sebatas memakai potret dirimu lalu menjadikannya icon tanpa
makna, bak che guavara yang tercetak indah ala cetakan andy warhol dan
kemudian menjadi komoditi distro belaka!
Ditulis Oleh : Unknown ~ukisaja
Blog, Updated at: Rabu, Januari 05, 2011
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa komentar ya