ukisaja - Hari ini sabtu 31 mei 2014, tepat
seminggu “sicantik “ ini meninggalkan kampung halamannya membawa cita-cita
besar dikota metropolitan (Makassar.red). “sicantik” ini saya panggil jelita
saja yaaahhh..
22 tahun tepat 28 november 1991,
lahir bayi permpuan mungil, bayi ini tentu dititipkan harapan-harapan keluarga.
Jelita anak pertama dari 3 adiknya, singkat cerita jelita beranjak dewasa
umurnya sekarang sudah 19 tahun ketika jelita dewasa mulai mendftar kuliah di
kota ini (Makassar.red), mengadu nasib di kota dengan harapan besar bisa sukses
seperti para pesohor bangsa ini.
Namanya sudah terdaftar di
perguruan swasta, hari demi hari berlalu, tugas demi tugas kuliah diselesaikan
dengan semangatnya yang besar. hampir saja
saya lupa jelita juga punya kekasih seperti kalian, pacarnya ini putih bersih
tinggi badan 165 cm berat badan 59 kg, (mirip
artis kata sebagian orang yang pernah melihatnya) “si doi” kuliah juga di
kota ini tapi tidak satu kampus dengan jelita. “Si doi” ini saya sebut saja
uke.
Tiga tahun sudah jelita di kampus
itu, detik-detik yang menentukan pun segera tiba. Jelita ambil program D3
elektomedik (hampir lupa), spertinya
dari raut wajahnya yang cantik itu jelita terlihat sangat tegang menanti waktu
itu tiba, dari wajahnya terlihat dia ingin waktu ini berjalan cepat berlalu
atau mungkin dia ingin kembali ke tiga tahun lalu. Entahlah, jelita seorang
yang tahu semua itu. Apapun itu saya tidak bisa memberikan jawaban pasti kepada
kaliiaannn (maaf..).
Jelita pun lulus dengan IPK 3.65 (tertinggi keempat looo.. tapi jelita bilang
otaknya kosong..), tapi jelita tidak sempat berbangga hati meskipun dalam
hatinya sangat senang karena bisa membuat orang tuanya bangga, jelita sadar apa
gunanya IPK tinggi kalau Cuma terpampang di kertas putih yang di coreti tanda
tangan dan stempel kampus (ijazah.red) kalau tidak bisa di manfaatkan, jelita
sadar setelah namanya bertambah panjang dengan title barunya dia punya tanggung
jawab baru, punya beban baru dan harapan baru. Impiannya yang telah tersusun
rapi tidak seindah kenyataan. Tumpukan berkas yang tersusun dalam amplopnya
dikirim ke berbagai perusahaan dan rumah sakit di kota ini. Harapan jelita
jelas besar ingin bekerja seperti orang-orang di tempat yang tentu dia harapkan
dan cita-citakan.
Akhirnya salah satu amplop yang
sudah dikirim dapat balasan tapi seperti perusahaan kebanyakan suratnya cuman
dibalas dengan deringan handphone yang dia punya (jenuh aku mendengar manisnya kata cinta…. |nike ardilla song) nada dari handphonenya ketika ada panggilan
untuknya. Mukanya terlihat sumringah seperti menang jackpot kelihatannya. Dalam
hatinya mungkin harapannya kini jadi kenyataan (selamat jelita).
Tanggal 10 maret 2014 menjadi awal
jelita bekerja di Rumah sakit itu (lebih
tepatnya training 2 bulan). Hari terus berlalu jelita dengan semangat
besarnya melalui hari-harinya dengan harapan-harapannya yang masih tersusun
rapi dalam buku catatannya. Beruntungnya jelita punya pacar yang sangat setia
baik pula. Tapi di tulisan kali ini saya tidak membahas “si doi” itu.
Dua bulan berlalu training jelita
selesai, jelita dan temannya di biarkan istirahat sebulan untuk menunggu hasil
selanjutnya. Berdebar jantung jelita menanti keputusan apa yang akan di
dengarnya setelah sebulan. Waktunya dihabiskan dikampung halamannya, kini badan
jelita semakin besar (gemuk.red) meskipun dalam hatinya penuh pertanyaan akan
masa depan di Rumah sakit itu.
(jenuh
aku mendengar manisnya kata cinta…. |nike
ardilla song) dengan segala harapan besarnya jelita membongkar tas
jinjingnya, mencari sumber suara itu, ternyata telfon dari “si doi” mukanya berubah dari yang tegang menjadi biasa-biasa saja,
sepertinya telpon ini tak diharapkan. “halooo..” suaranya lirih, “dimana?” dari
ujung telfon. “dikamar beb (begitu biasa
memanggil si doi).. kenapa..??” tanyanya dengan jutek. “bagaimana, sudah
ada kabar untuk pekerjaannya” tanya si doi penuh perhatiann.. “belumm..” sekali
lagi jelita jutek.. (tu..tu..tuuutt.. ) telpon terputus. (jenuh aku mendengar manisnya kata cinta…. |nike ardilla song) sekali lagi handphonenya berdering, kali ini
wajah jelita sumringah sepertinya ini telpon yang di tunggunya sejak pagi
tadii.. “assalamualaikum..” jawabnya penuh harapan. “selamat siang mbak..??”
dari ujung telpon “iyaa pak” jantungnya berdetak kencang “maaf mbak rumah sakit
kami belum membutuhkan tegana mbak….”
Wajah cantik jelita berubah, sungguh tak mampu saya gambarkan lagii,
perasaannya campur aduk, sirna sudah harapan-harapannya. Seketika handphone itu
dibaikan “haloo..halloooo…”
(tut…tut..tuutttt…). jelita yang punya harapan besar, kini menjadi sangat
sedih, galauuuu super… Menahan air
matanya yang ingin tumpah dari kelopak matanya, kecewa, sedih, marah bercampur
dalam hatinya, entah apa yang dipikirkan jelita sekarang (hanya jelita yang tahu).
Tapi saya yakin jelita akan
bangkit, jelita akan memulai lagi dari awal. Dan akan terus berusaha menggapai
semua harapan dan cita-citanya.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa komentar ya